_Esai Ramadan 6_
Pertanyaan paling sering disampaikan teman-teman yang diam-diam sedang asyik berbincang dengan Tuhan adalah :
_Jika Tuhan maha baik, mengapa Dia menciptakan neraka?_
_Apakah Tuhan kehabisan ide, tak harus menghukum yang salah (sebagai klaim kebaikan-Nya), dan memberi balasan sebaik-baiknya untuk yang dijahati selama di dunia?_
Kita, hanya mampu menelusuri perkataan nabi, atau paling jauh menggunakan logika sekalipun belum tentu realistis. Logis, tapi tidak realistis.  Bahwa neraka, dari kata "nar" (api), memang diciptakan layaknya air yang membersihkan kotoran di tubuh kita. Seperti halnya diksi "azab" dari kata "'a-dza-ba" yang juga berarti air tawar / segar. Seakan-akan, Tuhan ingin berkata pada kita bahwa azab yang datang dari kekurangajaran manusia adalah air segar yang membersihkan dirinya. Dan api (naar) secara ilmu fiqh juga masuk pada "sesuatu yang bisa mensucikan", meskipun tak boleh untuk wudhu atau mandi junub. Semisal batu bata yang tercampur antara kotoran kerbau dan tanah liat, ketika dibakar dan menjadi batu bata untuk membangun masjid itu boleh dan suci. Seperti halnya manusia yang akan masuk surga, dibersihkan dulu (seperti batu bata tadi) sebelum memasuki surga.
Maryam ayat 71
وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ۚ
Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.
Maka, perkataan bahwa perjalanan manusia berakhir ketika mati itu salah. Benar, jika "ruang perjalanan" itu adalah dunia. Tapi, jika berpikir bahwa setelah mati tidak ada perjalanan lagi, itu tidak begitu. Benar, bahwa dosa-dosa tertentu (semisal hadits tentang haramnya seorang pemabuk mencium bau surga) akan menjadikan seseorang terhalangi untuk naik ke surga-surga yang lebih tinggi. Ibarat seseorang yang kotor, tak boleh memasuki masjid, atau bahkan rumah yang bersih. Bahwa orang-orang dholim, kejam, jahat baik pada diri sendiri atau orang lain tak akan ada penolong baginya, selama ia masih dengan kejahatannya. Tapi ketika ia sudah sadar, maka pertolongan pun datang.
Bahkan, ada hadits-hadits tentang penduduk surga yang ditanya apakah mereka puas menikmati surga? Mereka menjawab, tidak. Mereka akan puas ketika saudara, teman, bahkan kenalan mereka yang di neraka sudah berada di surga semuanya. Lalu Tuhan menyuruh mereka untuk menjemput saudara, teman, kenalan mereka agar memasuki surga.
Maksud judul ini adalah, bahwa bahasa quran, hadits, arab, banyak menggunakan diksi syair atau puisi. Neraka adalah surga di tingkatan yang paling rendah. Contoh yang nampak dari hadits nabi ketika mi'raj dan melihat seseorang yang memakan daging busuk sedangkan di tangan kanannya ada daging segar yang enak, itu adalah perumpamaan orang yang berzina. Pezina di dunia, itu sedang memakan bangkai, tapi mereka menikmati itu. Berbeda dengan penduduk surga, yang menikmati istri-istri yang selalu gadis dan bertambah cantik di tiap harinya. Kenikmatan neraka untuk penduduknya itu sama dengan kenikmatan surga untuk penduduknya juga. Namun, ketika dakwah (seperti hadits seseorang yang menjemput saudaranya di neraka tadi) sampai di wilayah mereka, lalu mereka sadar, maka akan naiklah penduduk surga terbawah itu (neraka) menuju surga yang lebih tinggi, dengan kenikmatan yang tidak terdistorsi (terbalik). Tuhan Maha Baik, dan neraka itu tidak ada, sebatas bahasa saja.
Kamis, 6 Ramadan, 6 Maret 2025
