Batas Ruang Rezeki

Java Tivi
0

 _Esai Ramadan 5_

‎_"Aku menyuruhmu untuk kuat berjuang, tapi tidak harus terus di satu tempat. Ketika gelap tak mampu kau tembus, tak sanggup kau menyinarinya, pergilah dari sana : cari jalan-Ku yg lain,"_

‎Jon beli kipas angin kecil buat di kamarnya. Kasurnya lesehan, jadi bisa langsung terkipasi bagian tubuh yg suka 'dicumbu' nyamuk. Entah benar/tidak, ternyata syawal ini bukan cuma musim kawin buat manusia, tapi juga nyamuk : bertambah 2x lipat.


‎Pagi hari, Jon sering melihat nyamuk-nyamuk yg mati di sekitar kasurnya, mungkin mati kelaparan. Dia merenung, jika Tuhan menjamin rizki tiap makhluk, mengapa ada hewan bebas yg mati kelaparan? Ia teringat dengan dialog beberapa hari lalu, tentang kesabaran yg ada batasnya. Dia saat itu berkata, hanya maut yg membatasi kesabaran manusia. Tapi, nampaknya ia harus 're-thinking' tentang itu. Bahwa kesabaran memang berbatas, tapi bukan pada sifat yg berubah menjadi kemarahan/emosi, tapi kaitannya dengan 'ruang'. Seperti nyamuk yg mati kelaparan itu.


‎"Aku berupaya keras menjemput rizki-ku, tapi mengapa Kau tak mengizinkanku?" tanya nyamuk itu pada Tuhan, di akherat.


‎"Benar, Aku menyuruhmu bekerja keras - wa jahidhum jihadan kabiyro, tapi mengapa kau tak sadar, bahwa itu ada batas waktunya? Jika memang apa yg kau upayakan keras gagal, maka berhijrahlah. Jangan menetap di sana, jangan mengangap itu satu-satunya rizki-mu, dan jangan menyerah sampai Aku memanggilmu," kata Tuhan.


‎Jon menggumam, "Apa berlaku juga dengan manusia?"


‎Rabu, 5 Ramadan, 5 Maret 2025

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)