Algoritma Amal

Java Tivi
0

 _Esai Ramadan 29_



‎Apakah itu _algoritma?_, yaitu serangkaian langkah atau aturan yang terstruktur, teratur, bertahap, untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan tertentu.


‎Seorang sahabat nabi bernama Sa'id bin Hisyam bertanya pada Aisyah, seperti apakah akhlak nabi. Beliau menjawab,


‎"Apakah kau membaca Qur'an?"


‎"Ya," jawab Sa'id.


‎"Begitulah akhlak nabi," jawab Aisyah. Akhlak nabi adalah Qur'an, atau nabi adalah Qur'an yang hidup. Qur'an adalah _algoritma_ (hukum-hukum) mendasar, sedangkan kehidupan nabi adalah rangkaian langkah hidup atau aturan hidup yang mendasari segala sesuatu. Maka, ketika ada pertanyaan, apa yang menjadikan ramadan itu istimewa? Apakah bulannya (ramadan) atau di dalamnya ada puasa, yang semua amal (kerja, belajar, berdagang, bahkan tidur) dihitung dalam kondisi berpuasa?


‎Al-Baqarah ayat 185


‎شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ


‎*Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an*, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.


‎Hanya ramadan yang memiliki _disklaimer_ (pernyataan) bahwa Qur'an diturunkan dalam bulan ini, meski di bulan-bulan Hijriyah lain juga Qur'an turun.


‎Sebagai algoritma, Qur'an seharusnya menjadi "pijakan", atau bahasa tasawufnya : menjadi "sandal". Dua "sandal" nabi yang ketika kita memakainya, kita tidak akan pernah tersesat. Apa itu dua sandal nabi? Adalah Qur'an dan sunnah (hadits). Seperti Hukum-hukum mendasar (yaitu Qur'an), dan cabang-cabang hukumnya adalah hadits nabi.


‎Semisalnya ayat :


‎Gafir ayat 60


‎وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗ


‎Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan."


‎Algoritma atau hukum dasar itu bisa dipahami sebagai berikut :


‎Bahwa kita diperintahkan untuk berdoa hanya kepada Allah. Dan memahami, pasti, *pasti*, Allah akan kabulkan. *Tapi, persoalan kapan dan dengan cara apa Allah akan mengabulkan, itu bukan urusan hamba*. Perintah Allah pada kita hanya berdoa, dan tidak berlaku sebaliknya : bahwa Allah diperintahkan kita untuk mengabulkan itu. Apalagi dengan dalih : _Kan Allah bilang akan mengabulkan?_


‎Algortima Qur'an, seperti algoritma komputer dan semesta, _bahasa kodenya_ hanya dua, yaitu perintah dan larangan. Seperti kode biner, 0 dan 1. Nol ( 0 ) adalah ketaatan tetap berada dalam perintah Allah, sedangkan satu ( 1 ) adalah ketika kita sudah jatuh pada apa yang dilarang Allah. Dua kode itu ibarat dua takdir Allah, baik dan buruk. Baik saat kita taat, dan buruk saat kita melanggar apa yang diperintahkan Allah. Tapi keduanya berasal dari Allah sebagai ujian, apakah kita cenderung dalam ketaatan atau pelanggaran. Maka orang yang baik bukanlah orang yang selalu taat, sebab rajin sholat di masjid (misalnya) itu tidak menjadi standar utama seseorang sangat taat. Standar ketaatan, misalnya ada di ayat ini :


‎Al-Ma'idah ayat 39


‎فَمَنْ تَابَ مِنْۢ بَعْدِ ظُلْمِهٖ وَاَصْلَحَ فَاِنَّ اللّٰهَ يَتُوْبُ عَلَيْهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


‎Tetapi barangsiapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu *dan memperbaiki diri,* maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.


‎Ada harapan untuk kita yang cenderung melanggar perintah, dan ada kesadaran bagi kita yang cenderung taat. Bahwa ketaatan atau pelanggaran (maksiat) memang sudah dibuatkan jalan takdirnya. Kita tak bisa berbuat apa-apa, selain memilih satu di antara _kode biner_ (takdir) Allah tersebut. Baik taat atau maksiat, keduanya bisa menjadi sebab dekatnya kita pada Allah, juga bisa menjauhkan kita dari-Nya. Ketaatan seperti apa yang menjauhkan kita dari Allah? Ketaatan yang disombongkan, yang dibanggakan, bahwa itu adalah usaha diri kita sendiri. Sedangkan maksiat yang menjadikan kita makin dekat dengan Allah adalah pelanggaran-pelanggaran yang membuat kita memperbaiki diri. Seperti bersitan hati seorang pelacur di malam hari :


‎_"Wahai Allah, aku pendosa, apakah masih boleh di hatiku nama-Mu aku sebut-sebut?"_


‎Dan para malaikat menangis melihat itu. Tidak sadar bahwa _ahwal_ (kondisi) itu adalah pembelajaran bagi malaikat dan hamba-hamba yang diperlihatkan.


‎Sabtu, 29 Maret, 29 Ramadan 2025

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)