_Esai Ramadan 12_
Di pinggir jalan, seseorang berjualan peci. Lalu lalang pengendara, tak satu pun mampir membeli. Di depannya, sekitar 20 meter, berjalan pengemis di perempatan lampu merah. Satu persatu pengendara memberi 500-1000 rupiah. Entah mana yang lebih baik, penjual peci atau pengemis perempatan jalan. Baik penjual peci atau pengemis, keduanya butuh makan. Mungkin mereka sama-sama memiliki keluarga yang harus diberi makan juga.
Persoalan rejeki, adalah pertanyaan tersulit kedua setelah tentang takdir. Jika kita pakai pendekatan teologi, tentang rejeki penjual peci dan pengemis, jelas ini rumit. Seakan Tuhan juga ridlo ketika hambanya lebih memilih menjadi pengemis daripada berjualan. Dilemanya memang begitu, _kasab_ (berusaha) tapi gagal, atau berdiam diri mengharap Tuhan memberi. Mengemis tidak selalu salah, bisa jadi ia juga berada dalam tanggung jawab besar. Ada hadits tentang mengemis, dibolehkan hanya dalam kondisi :
1. Dalam bencana
2. Menanggung  banyak tanggung jawab
3. Sakit menahun
Dan itu pun hanya sebatas sampai kebutuhan. Semisal butuhnya 50.000/hari, maka ketika mengemis sudah dapat 50 ribu, ia pulang.
Tentang _kasab_ dan _tajrid_ kita sudah belajar dari kitab al hikam. Tentang larangan tergoda untuk kasab ketika Allah mentakdirkan kita untuk tajrid. Begitu pun sebaliknya, jangan tergoda untuk tajrid (mengutamakan ibadah mahdloh) ketika sedang ibadah dalam bentuk kasab. Level (tingkatan) berbeda memang dimiliki oleh hamba-hamba yang _khusus_. Hamba yang Allah izinkan untuk kasab tanpa meninggalkan _pendakian spiritualnya_ (tajrid), dan tajrid tanpa meninggalkan kasab (bisnis auto-pilot, misalnya). Tentu saja, hamba khusus itu bukan kita, yang ketika sedikit banyak uang (kasab) atau kasyaf (tajrid) sedikit saja langsung _jadzab_, mabuk, tak sesadar biasanya.
Bagaimana agar bisa _kasab tanpa meninggalkan tajrid_ kita? Disiplin berat memang. Sejak bangun tidur sampai akan tidur, dan ukurannya adalah saat kita tidur. Jika saat kita tidur justru kita sadar, kita belajar, maka itu adalah tanda kita akan diizinkan. Tapi, dunia ini memang berat untuk diabaikan. Biasanya ketika derajat kesibukan kasab kita dinaikan, disiplin itu juga akan hilang perlahan. Seperti _ibroh_ (pelajaran) tentang penjual peci dan pengemis tadi, kita tak tahu bahwa pengemislah yang sebenarnya _kasab_ (bekerja), pedagang peci sedang tajrid (tak bergantung pada hidup orang lain). Sebab, saat menunggu pembeli, ia bisa berbincang asyik dengan Tuhannya. Bercanda, bermain, dan bisa jadi hasil yang hari ini ia tak dapatkan, akan ia dapatkan berkali lipat di esok hari.
Rabu, 12 Ramadan, 12 Maret 2025
