_Esai Ramadan 15_
"_Ma lakum la tanashoruwn? Mengapa engkau tak saling menolong?_"
_In ahsantum ja'al khouf, fa kana syaithon bayna qolbukum wa baynallah_
Jika kebaikan yang kita lakukan mendatangkan keraguan, kekhawatiran, kecurigaan, maka ada setan di antara hati kita dengan Tuhan. Lalu, bagaimana mengusirnya agar tak mengganggu kemesraan kita dengan Tuhan? Apakah cukup membaca _ta-awudz_? Di ruqyah? Atau dibacakan dzikir agar setan itu pergi?
Setan itu bukan makhluk, atau setidaknya bukan _kata benda_, tidak wujud, melainkan _kata sifat_, atau _kata kerja_, yang menyatu dalam tiap ucapan dan tindakan manusia. Maka ayatnya _minal jinnati wa nas_, bahwa setan juga berada dalam tiap ucapan dan tindakan manusia dan jin. Dalam hal ini, kita dengan jin bernasib sama : diganggu setan.
Setidaknya manusia memiliki dua musuh, satu di dalam diri dan satu lagi pihak eksternal (luar diri). Musuh yang pertama adalah nafsu, dan musuh dari luar itu adalah setan. Nafsu dan setan bukan makhluk wujud, mereka adalah _kata sifat_, atau lebih dekat dengan wilayah _rasa_. Pikiran dan perasaan buruk itulah yang akan menjadi _makanan_ nafsu dan setan. Pikiran dan perasaan buruk itu akan semakin membuat nafsu dan setan makin kuat menggoda. Satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menaklukan nafsu dan setan adalah bersekutu dengan salah satunya. Dan jelas itu bukan setan, sebab ia _aduwwun mubin_, musuh mutlak. Sedangkan nafsu, jika menggunakan istilah dalam peperangan : *musuh dari musuhku adalah temanku*. Maka, nafsu, yang juga bersaing dengan setan, bisa diajak kerja sama lebih dulu. Dengan syarat, jiwa kita diisi dengan ilmu yang konsisten. Bukan ilmu untuk pamer dan membanggakan diri, melainkan untuk membersihkan diri sendiri dan orang lain dari kebodohan. Sebab, akan datang zaman mengerikan suatu saat nanti, seperti yang dikatakan nabi :
ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعْ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ الْقَبْضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ. (رواه الترميذي).
 “Perintahkanlah kebaikan dan cegahlah kemungkaran hingga kamu melihat kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, kehidupan dunia lebih diprioritaskan dan setiap orang kagum dengan pikirannya masing-masing, engkau harus (berpegangan) terhadap mata hatimu dan tinggalkan orang-orang awam, karena setelah kalian akan ada suatu masa dimana kesabaran saat itu laksana memegang bara api, orang yang beramal saat itu sama seperti pahala limapuluh orang yang melakukan seperti amalan kalian (para sahabat).” (HR Tirmidzi dari Abu Tsa’labah ra).
Kita tentu senang mengikuti hawa nafsu, dan itu justru akan menyenangkan setan. Bersekutu dengan nafsu untuk melawan setan adalah dengan cara mengiyakan nafsu namun tidak melakukannya. Kita setuju minuman keras itu enak, zina itu menggoda, korupsi itu cepat kaya, menipu itu bisa membuat cepat banyak uang dan sebagainya. _Di-iya-kan_ saja, tapi tidak dengan melakukannya. Dalam hadits itu, mereka para pengikut hawa nafsu adalah para pengamal nafsu. Budak nafsu. Mengiyakan dan mempraktekan. Sebab, seperti kata banyak guru kita : *belajar sendirian akan diajari setan*. Yang sebenarnya, setan tidak mengajari, tapi menyembah manusia-manusia yang dikuasi nafsunya. Setan menjadi pengikut mereka. Mengapa?
Al-Jasiya ayat 23
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
_Iya-kan ajakan nafsu, tapi jangan lakukan._
Sabtu, 15 Maret, 15 Ramadan 2025
