_Esai Ramadan 16_
Tanda-tanda seseorang terhijabi dunia dari Allah :
Katika keberlimpahan dunia menjadikan akal dan imannya tak mendaki lebih tinggi lagi. Sebab, mekanisme pertamanya adalah, manusia ingin kaya. Kedua, kekayaan bisa habis, maka manusia ingin mesin penghasil kekayaan. Tapi mesin penghasil kekayaan kadang panen kadang gagal, kadang untung kadang rugi, manusia ingin yang selalu panen, yang cenderung untung. Maka _wa maa indallahi khoiro wa abqo_. Awalnya melihat dunia, lalu menyadari bahwa dunia adalah rejeki dari Allah, dan akhirnya ia memilih Allah dan berdamai dengan dunia (tidak dicemaskan lagi, _pan ana pan ora sing penting mangkat_). Meski berlimpah, ia tetap mendaki menuju keilahian.
Al-Qasas ayat 60
وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ۚوَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ ࣖ
Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?
Oke, itu kesenangan. Bagaimana dengan kepedihan? Masih ingat dengan tadabur surat al insyiroh?
Al-Insyirah ayat 1
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ
Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?
_Ketika dada-mu telah menjadi semesta_
Al-Insyirah ayat 2
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ
dan Kami pun telah menurunkan beban darimu,
_Segala sesuatu yang jatuh ke dalamnya lenyap_
Al-Insyirah ayat 3
الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ
yang memberatkan punggungmu,
_Bahwa kepedihan dunia hanyalah milik-Ku, jangan kau merasa memilikinya_
Al-Insyirah ayat 4
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ
dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.
_Dunia bukan lagi menjadi pergaulanmu, dan penduduk langit menyambutmu_
Al-Insyirah ayat 5
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,
_Lihatlah dunia ini bersama-Ku, dan pandanganmu tak akan tertutup sebelah_
Al-Insyirah ayat 6
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.
_Lihatlah dunia ini bersama-Ku, sekali lagi, apakah ada yang cacat?_
Al-Insyirah ayat 7
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
_Jangan menggenang, mengalirlah. Tinggalkan apapun yang tak mau menaati-Ku_
Al-Insyirah ayat 8
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
_Tidak ada yang sekuat Aku. Segala sesuatu dengan tunduk atau terpaksa, akan kembali pada-Ku_
Ini tentang Nabi ketika mi'raj. Saat Jibril berkata : Engkau telah melihat wajah-Nya, mengapa melihat dunia dan keruwetannya dadamu merasa sempit?
Baik kesenangan ataupun kepedihan, _sentuhlah_ hidup kita selalu dengan pertanyaan. Di judul yang kemarin, *Tadabur An Naba*, kita belajar agar tidak seperti Fir'aun dan Qorun. Menyentuh kesenangan hidup yang datang tetap dalam kesadaran "bertanya". Sebaliknya, pengalaman yang tak tersentuh pertanyaan akan terasa seperti derita berkepanjangan. Bagaimana contohnya :
Satu dialog ketika si Jon _Jadzab_ dan berbicara dengan ruh salah satu Wali Allah di daerah antara Pakembaran dan Pasar Trayeman Kab. Tegal.
"Ente mikiri apa kok terasa berat sekali," tanya ruh itu.
"Enggih niki, hidupku dan bangsaku lagi ruwet benar," jawab dalam hati Si Jon. Ia mampir makan dulu di Warteg depan pasar Trayeman.
"Allah ndak jawab pertanyaan-pertanyaanmu?" tanya ia lagi.
"Enggih, kok rasanya besar sekali masalah ini," jawab Jon.
_"Memangnya, hidupmu, bumi-mu ini sebesar apa di hadapan Allah?"_
Si Jon berhenti mengunyah. Ia tersadar. Ruhnya dibawa lagi melihat peta semesta. Dan ia tertawa dalam hati sambil membodoh-bodohi dirinya sendiri. Bagaimana mungkin manusia, atau bumi ini menjadi perkara yang sulit untuk Tuhan, sedangkan semesta ini juga hal kecil untuk-Nya?
Minggu, 16 Maret, 16 Ramadan 2025
