How to Khusyu
Berapa copies buku laris manis dengan judul itu? Apakah benar, itu _guidence_ (bimbingan) untuk sholat khusyu? Bagaimana mungkin seseorang meniatkan mendapatkan dunia dengan menjual buku _pop_ seperti itu dengan tetap khusyu hatinya?
Mbah Maimoen Zubair (almarhum), pernah disindir sesama kyai besar lainnya, tentang dzikir yang lama setelah sholat jamaah. 
"Dzikirnya lama, biar pantas ya di depan banyak santri?" kata kyai sahabatnya itu. Maksud dari ucapannya itu adalah, nampak tidak ikhlas dan Riya, ketika pada ulama berlaku begitu di depan santri.
Jawab Mbah Mun, "_Yoo.. awale ta'aluq, suwe-suwe yo ikhlas_," awalnya mungkin bersandar, pamrih, Riya, tapi lama-lama akan ikhlas. Sebab, jangankan ilmu berkelas (ikhlas) ini, sekedar untuk membiasakan sholat 5 waktu saja butuh latihan.
Ali bin Abi Thalib saat diuji _fit and proper test_ oleh nabi, juga gagal untuk sholat khusyu. Itu di awal-awal tahun dakwah beliau. Setelah hijrah, bahkan para sahabat kita tahu untuk menarik anak panah yang menancap di punggung saja menunggu waktu sholat. Saking khusyu-nya, rasa sakit anak panah tercabut dari punggung tak terasa.
Sebaliknya, kita yang belajar khusyu, malah justru lupa rokaat lupa bacaan sholat, ya?
Saya kasih tips _by experience_ tentang kekhusyuan. Bukan hanya saat sholat, melainkan di setiap saat kita _ingin_ khusyu.
Apa caranya?
Jangan ingin khusyu! (Haha!)
Semakin *ingin*, semakin sulit kita mengalami itu. Seperti saat seseorang baru putus cinta, semakin *ingin* melupakan, semakin sulit melupakan.
Jadi?
Seperti identifikasi khusyu di tulisan kemarin, asal kata dan konteks kalimatnya. Jika _khusyu_ berarti *tunduk*, takluk, pasrah, maka saat sholat tidak ada *kemelekatan* apapun di pikiran dan hati kita selain Allah. Dunia, harta benda, jabatan, itu netral. Semua itu tidak berbahaya untuk manusia. Sebab yang menjadikan semua itu berbahaya adalah *kemelekatan* tadi. Pikiran dan hati kita benar-benar bersandar, bergantung, nyaman pada hal-hal itu. Dan dengan ini seorang mukmin tak akan pernah sanggup untuk khusyu. Apalagi lebih jauh, 
Al-'Ankabut ayat 45
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. *Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.* Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sholat rajin, penampilan bersih dan alim, tapi pikiran dan hati melekat pada dunia ini. Namun seperti kisah Mbah Mun tadi, lama-lama kita bisa ikhlas, bisa khusyu, kalau konsisten.
Kisah terakhir tentang 2 santri yang pulang ngaji malam-malam. Lewat sebuah desa, jembatan sedang renovasi dan mereka harus menyebrang. Ada perempuan ABG yang juga mau menyebrang, tapi takut dengan kedalaman. Akhirnya santri A menggendongnya, sebab santri B merasa berdosa melakukan itu. Setelah sampai asrama, santri B marah-marah, mengapa santri A mau-maunya menggendong begitu. Bukan mahrom, perbuatan berdosa, dan hina, kata santri B saat di asrama. Apa jawab santri A?
"Temanku, kau ini bagaimana, aku sudah menurunkan cewek itu di jalan tadi. Mengapa kamu masih menggendongnya di pikiran kamu?"
ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله
Sabtu, 15 April, 24 Ramadan 2023
