Peralihan dari Energi ke Informasi: Revolusi Diam-Diam dalam Sains Modern

Java Tivi
0


Dalam sejarah sains, kita terbiasa melihat perubahan besar sebagai dentuman keras—revolusi Copernicus, Newton, Darwin, Einstein. Namun abad ke-21 memperlihatkan sesuatu yang jauh lebih sunyi, tetapi justru lebih radikal: peralihan paradigma dari sains energi menuju sains informasi. Sebuah revolusi yang tidak diumumkan dengan manifesto, tetapi merayap perlahan melalui laboratorium kuantum, teori komputasi, riset neurosains, dan bahkan interpretasi modern terhadap kesadaran.

Energi, sejak Einstein menuliskannya dalam formula legendaris E = mc², menjadi fondasi seluruh fisika modern. Energi adalah mata uang kosmos—segalanya harus dibayar dengannya. Namun kini para ilmuwan mulai menemukan bahwa di bawah energi ada sesuatu yang lebih subtil, lebih mendasar, lebih senyap namun lebih menentukan: informasi. Qua-bit dalam komputer kuantum, hukum entropi informasi yang menandingi entropi termodinamika, hipotesa bahwa ruang-waktu mungkin muncul dari jaringan informasi, dan gagasan bahwa lubang hitam tidak menyimpan materi tetapi informasi, semuanya mengarah pada satu kesimpulan mengejutkan: alam semesta bukanlah mesin energi, melainkan organisme informasi.

Heel Wheeler pernah merumuskannya: It from Bit. Segala “itu”—materi, energi, ruang-waktu—lahir dari “bit”, dari keputusan biner paling dasar. Namun kini gagasan itu berkembang lebih jauh: bukan hanya bit yang melahirkan dunia, tetapi juga kesadaran yang menentukan bagaimana informasi itu terlipat, terbaca, dan berinteraksi.

Dalam titik ini, sains diam-diam mulai bersinggungan dengan spiritualitas. Sebab jika realitas pada dasarnya adalah informasi, maka jiwa, doa, intuisi, wahyu, mimpi, niat—semua itu bukan lagi dianggap “mistis”, melainkan bentuk lain dari komunikasi informasi non-lokal. Di sinilah logika resonansial bekerja: bukan energi yang mempengaruhi dunia, tetapi ruang informasi yang beresonansi dengan frekuensi batin manusia.

Peralihan ini ibarat musik yang mulai terdengar dari balik tembok—belum terlihat wujudnya, tetapi gemanya telah menggetarkan seluruh bangunan sains. Dunia lama yang bertumpu pada sebab-akibat mekanistik perlahan retak, digantikan oleh pemahaman bahwa keterhubungan, resonansi, dan informasi adalah hukum yang lebih utama.

Ini adalah revolusi paling sunyi dalam sejarah ilmu: pergeseran dari dunia energi yang keras, kausal, dan mekanis, menuju dunia informasi yang lembut, holografis, dan saling berdenting. Sebuah peralihan yang akhirnya membuka pintu bagi jembatan baru antara sains dan iman—bahwa realitas pada akhirnya bukan hanya dipahami, tetapi dirasakan, diresonansikan, dan ditanggapi.

Revolusi diam-diam ini sesungguhnya adalah panggilan: bahwa manusia, sebagai makhluk berkesadaran, bukan sekadar penonton dalam alam energi, tetapi pemain utama dalam kosmos informasi.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)