_Esai Ramadan 8_
_Semakin banyak yang aku tahu, semakin aku sadar aku tak tahu apa-apa_ (Socrates)
Ada benarnya, bergaul dengan si Jon itu berbahaya. Ada seorang guru, rekan kerjanya dulu waktu masih jadi _tukang ngajar_, memarahi siswa kesayangannya sebab terlalu dekat dengan si Jon.
"Buat apa kau belajar dengan dia? Tukang ramal, dukun, apa prestasinya?" misuh guru tersebut. "Kau tahu istrinya saja _nggak_ mau tinggal sama dia. Lihat tubuhnya kurus begitu. Orang seperti itu mengajarimu khayalan-khayalan! Fokuslah dengan pelajaranmu dengan saya!"
Lalu siswa tersebut bercerita pada si Jon dengan raut muka kepedihan yang mendalam. Ia mengira si Jon akan marah-marah atau benci, setidaknya. Sebaliknya, ia hanya tertawa.
Si Jon bukan Socrates, maha guru Aristoteles yang katanya guru dari Dzulqarnain, salah satu Nabi Allah. Socrates sukses _menyesatkan_ banyak anak muda Yunani, sebab ia mengajarkan tauhid, Ke-Esa-an Tuhan. Bahwa konsep-konsep dewa itu tidak sesuai dengan akal sehat, dan karena itu _Dewa_ (God) atau Tuhan pasti Satu, tunggal. Sukses penyesatan itu berbanding terbalik dengan reaksi istana. Raja memenjarakannya, dan memberinya pilihan :
Taubat dan tidak mempengaruhi pemikiran generasi muda lagi, atau
Bunuh diri di hadapan raja dan menteri-menterinya
Socrates guru bangsa. Dia dipenjara kota, tidak boleh keluar kota, meski sebenarnya murid-murid mengajaknya melarikan diri - dan sebenarnya bisa. Tapi ia memilih untuk meminum racun, dan terbunuh sebagai seorang yang berani. Lalu sejarah pun bersaksi bahwa ia benar, dan istana-lah (para penguasa) yang salah.
Al-'Imran ayat 21
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِحَقٍّۖ وَّيَقْتُلُوْنَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُوْنَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih.
"Apakah terpelajar itu harus nampak dari penampilannya, Pak?" tanya siswa si Jon.
Jon terdiam. Mendengarkan.
"Bukankah ada nasihat, _lihat apa yang dibicarakan, bukan siapa yang bicara_?"
"Em, nasihat itu punya dua makna," Jon baru mau bicara. "Pertama, jika kata-kata yang logis dan benar keluar bahkan dari orang bodoh, maka terima-lah. Seorang pemabuk menasihatimu agar jangan mabuk, dan kamu tahu itu logis, sebab mabuk mengacaukan kesadaran dan merusak lever - misalnya, maka terima-lah."
"Itu satu?" sanggah siswa Jon.
"Kedua, lihat siapa yang bicara, sekalipun ia terpelajar atau dihormati banyak orang, namun ia salah, maka ingatkan. Sebab bisa jadi, seseorang biasanya benar, namun saat ia bicara itu ia khilaf. Kita semua bisa salah dan lupa,"
"Jadi, saya harus mengingatkan guru saya itu?" guru yang "memuji" si Jon berlebihan di atas tadi.
"Berani?"
Dia menggelengkan kepala.
"Kalau begitu, cukup doakan saja," kata si Jon. "Saya bukan Socrates, sangat mungkin apa yang dikatakan gurumu itu benar. Tapi saya juga tidak bisa menolakmu selama kamu mau belajar denganku. Aku sangat paham rasanya tertolak oleh orang yang dimintai ilmunya,"
Sabtu, 8 Ramadan, 8 Maret 2025

