Diskusi Sesat (2) : Dzikir Semesta

Java Tivi
0

 _Esai Ramadan 23_



‎_Badai pasti berlalu_. Awalnya, setiap orang mungkin berharap begitu. Perjalanan hidup yang dirasa berat olehnya, ia ingin itu segera berlalu. Tapi begitulah dunia, tidak mungkin hari yang gelap tanpa ada terang di belahan bumi lainnya. Ujian hidup yang berat, atau diri seseorang itu yang terlalu lemah? Seperti harapan tadi - badai pasti berlalu, pada akhirnya tiap orang akan menemuinya lagi. Badai pasti berlalu, tapi nanti datang lagi, dan lagi. Dan di tahap terakhir, bagaimana seseorang akan tangguh jika ia tak hidup di dalam badai yang tak kunjung reda.


‎Tidak mungkin manusia mampu menguasai cuaca. Bumi terlalu besar untuk raga manusia. Yang dapat manusia lakukan hanyalah menyesuaikan diri di bawah apapun cuaca itu : hujan, badai, atau terang pelangi. Yang manusia hanya mampu lakukan adalah mengendalikan sisi dalam dirinya sendiri. Ia yang menenangkan badai di dalam jiwanya, tak akan tumbang oleh badai dari luar dirinya. Bagaimana cara menenangkan badai dalam diri saat ia mengamuk dan membuat jiwa seringkali tak sadar diri?


‎Ar-Ra'd ayat 28


‎الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ


‎(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah *hati menjadi tenteram*.


‎Ta ha ayat 130


‎فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا ۚوَمِنْ اٰنَاۤئِ الَّيْلِ فَسَبِّحْ وَاَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضٰى


‎Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, *agar engkau merasa tenang*.


‎Bahwa semesta yang bergerak dalam ketenangan, mereka berjalan sambil berdzikir tiap saatnya. Bukan jenis dzikirnya, melainkan konsistensi (keistiqomahan) dan *kondisi* saat berdzikir itu.


‎"Bagaimana bisa seseorang menyambungkan diri dengan semesta bahkan Tuhan, Bib?" tanya Jon pada gurunya.


‎"Tidakkah kau tahu, sholawat memiliki dua makna, dhohir dan batin?" gurunya si Jon balik bertanya.


‎"Apa itu?"


‎"Ketika dzikir/sholawatan-mu itu bukan sekedar lisan, namun tembus ke hatimu," gurunya menjelaskan. "Lalu makna batinnya, dzikir itu, sadarilah, tersambung dengan segala sesuatu yang menaati-Nya. Makhluk hidup, gunung, bumi, planet, galaksi, penduduk cahaya, bahkan Nabi dan Allah. Inilah makna batin dari *rahmatan lil alamin*, bahwa nabi menyambungkan dirinya, agar semesta raya tetap dalam ketenangannya, jiwanya mengingat Allah setiap saat. Dan dengan itu beliau suci jiwa dan raganya."


‎"Tapi bukankah kita tak akan mampu begitu, Bib?" tanya si Jon.


‎"Setidaknya sedikit-sedikit," jawab gurunya si Jon. "Sunnah nabi yang berat adalah sunnah-sunnah yang hanya bisa dicapai oleh kedalaman ilmu. Kita tak akan mampu seperti itu, tapi setidaknya kita menelusuri ilmunya,"


‎Bandung, Minggu, 23 Maret, 23 Ramadan 2025

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)