Nunggu Maghrib (8)

Java Tivi
0

Tiga Makhluk Pertama yang Menyombongkan Diri di Hadapan Tuhan



nanya :


‎*Iblis itu termasuk kekal kan ya sampai nanti hari kiamat. Kalau keturunan iblis atau jin mereka ada ajal kan ya? Usia jin gimana penjelasannya?*


‎Selain pertanyaan itu, ada satu lagi pertanyaan, yaitu : jika Malaikat, Iblis, dan Adam (yang akan kita bahas ini) dihukum _cash_ (langsung) saat melanggar ketaatan, mengapa manusia zaman ini tidak begitu?


‎Itu pertanyaan yang akan diceritakan nanti di judul *Enaknya Menjadi Umat Muhammad*. Insya allah.


‎Kita coba respon pertanyaan tentang jin di atas. Iblis (Al Haris) tidak kekal, dia mati. Penangguhan yang Iblis minta sampai kiamat dapat kita _tadaburi_ setidaknya dengan dua sudut pandang yang mudah, dan satu sudut pandang yang rumit. Pertama, penangguhan yang diminta Iblis adalah agar kaumnya, keluarganya, tidak dibantai seperti kaum-kaum jin sebelumnya. Kisah ini ada di web saya dengan judul *Perkenalkan, Namaku Iblis*. Penjelasan identitas dan keluarga Al Haris (Iblis) sampai diturunkan derajatnya dari kalangan malaikat al mala'ul a'la. Kedua, penangguhan itu diharapkan Iblis agar ada keturunannya yang memberi syafaat kepada leluhur-leluhurnya. Dibuktikan taubatnya Hammah bin Lays bin Qo'il bin Al Haris (Iblis) di hadapan Nabi Nuh. Dan mereka bisa mati, meskipun *konsepsi ruang dan waktu* di alam mereka berbeda dengan di dimensi materi ini. Konsepsi ruang dan waktu inilah yang menjadi sudut pandang ketiga yang saya sebut rumit tadi. Sebab, jika berbincang dunia kuantum saja (akan dibahas di 10 hari kedua, insya allah), konsepsi fisika newtonian tidak relevan lagi. Maka Einstein membuat konsepsi (ruang waktu baru) yang bernama teori relativitas. Ini agak rumit. Kita akan pelan-pelan membahas ini bertahap.


‎Penting kita ketahui sebagai manusia (khususnya sebagai orang beriman), bahwa kitab suci itu bukan 'kebenaran seutuhnya'. Kitab suci adalah petunjuk, jejak-jejak, dari kebenaran seutuhnya. Jika kebenaran seutuhnya adalah 100, maka kitab suci (termasuk Qur'an) itu hanya 1 dari hitungan sempurna 100. Menjadi logis ketika Ali bin Abi Thalib ditanya apakah wahyu sudah selesai, dan dijawab *iya*. Yang masih tersisa adalah *muthola'ah-nya*, 'anak-anak tangga' untuk menaiki petunjuk itu. Jejak-jejak untuk menyusuri petunjuk menuju ke kebenaran seutuhnya. Dalam bahasa fisika, kita ini makhluk dimensi tiga. Jika ada makhluk-makhluk/semesta dimensi empat, lima, dst, maka yang bisa kita lihat hanya petunjuk/jejak-jejaknya saja. Mirip semut yang tak tahu bahwa benda besar di depannya adalah manusia. Yang dia tahu hanyalah benda raksasa yang bergerak dan berpotensi bahaya.


‎*Keluarga al haris saat penciptaan adam mereka hidup dimana?*


‎Pertanyaan *dimana* untuk makhluk-makhluk di luar dimensi materi, itu agak rumit dijawab. Saya hanya bisa 'sedikit' mengutip untuk mengilustrasikan kerumitan itu. Pertama, dimensi materi, dunia ini, itu dapat diukur dengan rumus konsepsi ruang waktu Newton. Jarak dibagi kecepatan sama dengan waktu tempuh ( s/v = t ) atau operasi ubahan dari rumus itu. Tapi dunia quantum, sub-atomik, rumus ruang dan waktu paling dekat adalah E = m.c². Sampai ini saja kita akan kebingungan ampun-ampunan ketika mencoba untuk memahaminya. Bahwa satu hari 'disana' bisa setara dengan 1000 atau bahkan 50.000 (Surat Al Ma'arij) tahun disini. Ada satu konsepsi (hipotesa) yang lebih rumit lagi daripada rumusan Energi dari Einstein itu. Yaitu tentang Kesadaran, C = m.c³. Konsepsi ruang materi dengan pendekatan Newtonian, konsepsi 'wilayah' energi dengan pendekatan Einstenian, dan konsepsi wilayah kesadaran dengan pendekatan rumus terakhir tadi. Isra mi'raj, akan lebih mudah dikupas dengan konsepsi ketiga ini. Tapi sampai ini dulu penjelasan tentang itu, sebab sangat amat rumit.


‎Jadi untuk menjawab, *dimanakah keluarga Al haris saat Adam diciptakan?* ini mesti pelan-pelan dibahas. Kecuali kita menceritakan pada anak-anak balita yang tidak begitu mementingkan data-data yang saling terhubung. Hanya pesan moralnya saja dari kisah itu, lebih mudah untuk diceritakan.


‎Berbicara tentang Adam, saya menemukan korelasi data-data yang berbeda pada umumnya. Bahwa *Adam* itu bukan nama orang, melainkan sebutan, a.k.a. Dan berbicara tentang (Nabi) Adam, dalam Qur'an menunjukan bahwa dia dan kaumnya pada awalnya tidak berada di dimensi materi ini. Dimensi yang tidak bisa diukur ruang waktunya dengan 2 konsepsi ruang dan waktu (Newton dan Einstein). Jadi, dimensi apakah itu? Dan apa hubungannya dengan kesombongan Adam pada Tuhan?


‎Bersambung sik lur, ngopi sik...


‎ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله


‎Kamis, 30 Maret, 8 Ramadan 2023

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)