Malam Qur'an dan Malam Qadr
Semakin kita banyak belajar, akan kita dapati banyak narasi-narasi yang nampaknya bertolak belakang, tapi dua-duanya dibenarkan Qur'an dan hadits nabi. Contoh paling membingungkan ketika membaca hadits tentang dua orang yang saling membunuh. Baik yang terbunuh atau yang membunuh, dua-duanya masuk neraka. Tapi ada hadits lain, yang hampir sama, tapi dua-duanya masuk surga. Tentang dua orang yang saling membunuh, yang terbunuh masuk surga, tapi yang membunuh juga masuk surga. Kita tak akan membahas identifikasi surga dan neraka dulu. Frame umum, surga adalah kenikmatan, neraka adalah kesengsaraan. Hadits yang pertama konteksnya saling membunuh karena marah, sedangkan hadits yang kedua adalah kisah Hamzah bin Abdul Muthalib yang Syahid di tangan Wahsyi, dan Wahsyi pun masuk surga dengan taubat dan membunuh Musailamah al Kadzab, si nabi palsu.
Di Qur'an juga banyak ayat-ayat yang nampaknya 'plin-plan', tak konsisten, ambigu. Contoh tentang perjalanan malaikat, ada yang bilang ±60 tahun di bumi, itu setara ½ hari saja di wilayah mereka. Tapi di ayat lain, 1000 tahun disini, setara 1 hari di sana. Di ayat lain, 50.000 tahun disini, setara 1 hari disana. Mana yang benar? Semuanya benar, _wong_ yang bilang Qur'an. Dulu kita janggal, bagaimana mungkin? Tapi setelah sains kuantum ditemukan, narasi seperti itu menjadi semakin mungkin.
Malam lalu, hampir di tiap masjid memperingati malam turunnya Qur'an, *nuzulul Qur'an*. Dan nanti di hari-hari terakhir ramadan, orang berlomba-lomba mendapatkan malam al qadr. Berbekal narasi usang para ustadz dan kyai tentang Nuzulul Qur'an dan malam al qadr yang _hanya_ di bulan ramadan. Lho kok usang?
Malam turunnya ayat-ayat Qur'an itu tiap bulan dalam satu tahun itu ada. Rasulullah menerima wahyu di bulan Muharam, robiul awal, robiul akhir, dan di semua bulan dalam satu tahun itu. Benar, bahwa wahyu pertama turun di bulan ramadan, tapi mengapa hanya diperingati saat ramadan saja? Narasi dengan logika _linier_ , flat, seperti itulah yang zaman ini orang-orang muslim masih percayai. Sama halnya dengan malam al qadr, itu bisa turun di malam apa saja di luar bulan ramadan. Beserta manfaat dan keajaiban-keajaibannya.
Umat muslim di waktu ini semakin dangkal cara berpikirnya. Sensitif emosionalnya, lemah secara spiritual dan hanya ramai dalam ritual _show off-nya_. Satu contoh lucu :
Rasulullah pernah sholat subuh kesiangan. matahari sudah nampak. Jabir yang saat itu menemaninya dalam goa, disuruh adzan lalu iqomah. Ini singkat cerita ya.
Pertanyaannya : Apakah berani saat kita subuh kesiangan lalu adzan dan iqomah juga? Padahal itu 'sunnah', dalam hal subuh kesiangan.
Saya sendiri sering bercanda dengan teman-teman yang masih belajar (ngaji) bareng. Kalau bangun kesiangan, subuh saja. Wajibnya dapat, (sholat subuh kesiangan) dan sunnahnya dapat. Jadi pahalanya dobel. Heheheh
Kita tahu sholat isya itu waktunya sampai sekitar jam 3.30 pagi. Tapi apakah ada yang berani adzan isya jam 10 atau 11 malam? Pasti orang satu kampung geger.
Momentum malam turunnya qur'an dan al qadr, seharusnya kita gunakan untuk merenungkan esensi dua sumber petunjuk umat islam itu. Semakin memahami, semakin bijak, dan mungkin saja semakin 'asing' (aneh), seperti cerita-cerita di atas tadi. Sebab, agama ini datang sebagai tamu asing. Dan akan pergi nanti sebagai orang asing juga. Kita menyebutnya sebagai generasi *ghuroba*. Tapi, bukan berarti yang nampak asing itu pasti generasi ini ya. Gula itu manis, tapi tak semua yang manis-manis itu gula. Oke, jadi berbukalah dengan yang manis dan baik, meski tak harus pakai gula.
ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله
Kamis, 4 April 2024
