Air Segar, Air Kotor, dan Air Racun
Bagaimana caranya mengobati rasa bersalah?
Ada hadits yang kurang lebih mengatakan, jika _qulub_ , hati seseorang buruk, maka seluruh pikiran, ucapan, dan perbuatannya akan cenderung buruk. Bukan berarti orang tersebut tidak bisa berbuat baik, tapi akan cenderung dipermudah untuk berbuat buruk. Kok bisa?
Kalau kita buka youtube, IG, Marketplace unicorn, dan media sosial aktif lainnya, mereka sudah menggunakan AI (artificial intelegence) untuk mengarahkan, menawarkan, kebiasaan kita dalam menggunakan itu. Bahkan, yang agak ekstrim, amazon, Alibaba, itu sudah menggunakan data semi-holografik yang bahkan ketika kita memikirkan suatu hal, tema belanjaan yang sama muncul dalam layar hp kita saat membuka marketplace tersebut. Itu AI.
Pikiran kita juga seperti itu mekanismenya. Benar, bahwa semesta besar dan kecil (manusia) ini diciptakan dalam keseimbangan dan keadilan. Tapi sistem _algoritma_ (pengaturan sistem) itu terus menyesuaikan diri. Termasuk ketika kita berbuat salah, akan ada bersitan hati untuk mengingatkan, melarang, mencegah, tapi lama-kelamaan menjadi tumpul (peringatan dari dalam diri itu). Mirip pengibaratan siapa teman kita. Berteman dengan penjual parfum akan ikut wangi, berteman dengan penjual ikan akan ikut bau ikan. Katanya begitu.
Pikiran juga sama, ketika keburukan terus menerus yang dibiasakan, maka pikiran akan sulit membedakan lagi mana baik dan buruk. Pikiran akan ditawari, disajikan, dituntun, untuk meneruskan keburukan yang dilakukannya. Lebih jauh, kita akan sulit untuk mencari data, investigasi, identifikasi dari apa yang kita pikirkan itu. Sebab akal semakin keruh, keseimbangan dan keadilan tak bisa diukur lagi.
Dalam kondisi inilah pikiran kita akan sering perang dengan hati kita sendiri. Perasaan bersalah terus menerus yang didengungkan hati ke pikiran, akan sangat mengganggu. Tidak sedikit kita mengalami paranoid, delusi, bahkan halusinasi dari efek keburukan-keburukan yang sering dilakukan. Akibat ini diperparah dengan malasnya kita banyak membaca, bertanya, mencari data-data baru tentang masalah pikiran kita itu.
Bagaimana mengobatinya?
Tidur itu mati kecil. Maka doa bangun tidur, adalah rasa syukur kita telah dihidupkan kembali. Kita renungkan bersama, jika tiap bangun tidur (yang berarti baru hidup lagi), air yang kita minum adalah air kotor, atau bahkan racun, apa yang akan terjadi dengan tubuh kita?
Mengapa bayi hanya minum susu? Kita _nggak_ bahas bapaknya si bayi, ya. Yang terkadang juga suka _minum susu_. Heheh
Di awal-awal kehidupannya, air segar dan bernutrisi sangat dibutuhkannya. Begitu juga seperti saat pertama kita bangun tidur. 'Minumlah air segar' berupa kata-kata yang baik, bersitan hati yang baik, prasangka pikiran yang baik. Jika ini dibiasakan sejak dari bangun tidur, maka dalam menjalani siang kita akan cenderung imun saat pikiran menjadi toxic. Bahkan, saat orang lain berkata buruk pada kita, menghina, merendahkan, mencela, menghujat, atau lebih jauh _menyihir_ (dengan apapun bentuknya) kita akan cenderung imun (kebal). Sebab, jika hati dan akal lemah sebab 'air racun' tadi, jangankan sihir, suara kucing saja bisa sangat menjengkelkan, apalagi omongan _pedas_ orang lain.
Sebab, kesenangan pikiran bisa dibeli, tapi kedamaian pikiran justru dengan melepaskan beban pikiran dari segala hal. Termasuk yang kita beli-beli itu. Sejauh yang saya tahu, tidak ada toko yang menjual kedamaian pikiran dan hati. Kedamaian jiwa yang membuat kita *jatuh cinta (pada segala sesuatu) tanpa rasa ingin, dan mencintai (segala sesuatu) tanpa kecemasan*. Adakah yang mau buka toko itu?
ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله
Kamis, 5 April, 15 Ramadan 2023
