Nunggu Maghrib (13)

Java Tivi
0

Takdir dan hal-hal rumit tentangnya



‎Hampir pasti, perdebatan tentang takdir dimulai sejak awal peradaban manusia. Meskipun memang yang menjadikan perdebatan takdir itu populer, muncul saat paham _jabariyah_ dan _qodariyah_ berdialektika. Masing-masing punya alasan logis dan ulama-ulama 'tangguh' yang memegang keyakinan itu. Antara : apakah Tuhan hanya merencanakan lalu manusia yang menentukan, ataukah Tuhan menentukan dan manusia hanya bisa berencana lalu menjalankan ketetapan-Nya. Bahkan, pakar teologi Islam Prof. Harun Nasution 'menfatwakan' untuk tidak menyertakan iman kepada takdir sebagai rukun Iman ke-6. Saking ruwetnya.


‎Jadi, apa itu takdir? Dari kata قدر ، kadar, kapasitas, kemampuan. Lalu تقدير / يقدي، adalah kemampuan / proses yang masih berjalan. Apa hubungannya dengan nasib? Nasib dari kata نصب، yang bisa berarti hitungan, garis, batas-batas. Biasa dipakai dalam zakat ketika harta kita mencapai 'nashob', hitungan/garis, yang mengharuskan kita membayar zakat. Lalu apa itu qodo? Mengapa harus mengimani qodo dan qodar? Qodo dari kata قض، bisa diartikan hukum pasti, kumpulan data-data aturan. Dalam hukum Islam, qodli, itu hakim, yang menilai, yang memutuskan/menetapkan perkara. Qodo adalah ketetapan-ketetapan perkara kehidupan seluruh semesta, dan qodar adalah kemampuan-kemampuan tiap makhluknya. Misal, singa itu kemampuannya berburu, berlari, tapi kalau dilatih, dia juga bisa menghibur penonton sirkus. Tapi hampir pasti tidak bisa terbang, dan semacamnya.


‎Orang biasanya memikirkan takdir justru ketika dia sedang berada dalam masalah, lebih khususnya kekecewaan/kegagalan. Dan sangat umum terjadi, bukan malah memahami algoritma takdir, tapi justru menjadikannya semakin jauh dari Tuhan atau bahkan membenci-Nya. Ya itu wajar. Penting dipahami, se-benci apapun manusia pada Tuhannya, Dia selalu memberi rezeki kepadanya.


‎Jadi, Tuhan merencanakan apa menentukan? Einstein dan Niel Bohr pernah berdebat juga tentang ini dalam konteks fisika kuantum. Saat Einstein bilang _Tuhan tak bermain dadu dengan semesta ini_ . Maksudnya, tidak mungkin semesta ini diputuskan dari sistem yang tak bisa dihitung (wilayah kuantum). Bohr lalu menjawab : Berhentilah mengatur apa yang Tuhan lakukan. Sekaliber 2 tokoh besar fisika itu pun kebingungan, apalagi kita yang hitung-hitungan pakai kalkulator saja masih sering salah. heheh


‎Jadi, bagaimana menyikapi takdir? Begini *sederhananya* :


‎Tuhan itu maha berilmu dan maha baik. Dia menetapkan garis-garis takdir terbaik beserta _qadar_ (kemampuan) tiap makhluknya. Qadar ini, seperti AI (artificial intellegence) / kecerdasan buatan yang terus bisa diupgrade. Ada ketetapan yang tak bisa diubah, seperti lahir di keluarga mana dan perempuan atau laki-laki (operasi kelamin bukan berarti operasi takdir/qodrat). Tapi ada ketetapan yang bisa diubah, misal cantik atau tampan, kaya atau miskin, bodoh atau pintar, dsb. Semua itu adalah qadar yang bisa diupgrade. Seperti kata-kata : kamu tak bisa memilih lahir di keluarga yang bagaimana, tapi kamu bisa menentukan (berusaha) masa depanmu seperti apa. Sebagian anak terlahir dengan kemewahan, sebagian lagi terlahir dengan otot dan/ otak yang kuat untuk memikul beban takdirnya sendiri.


‎*Selamat medang..*


‎ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله


‎Jumat, 29 Maret 2024

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)