Nunggu Maghrib (12)

Java Tivi
0

 ‎Perjalanan dengan 1000 Cobaan



‎Seorang santri diperintahkan kyai-nya untuk melakukan perjalanan ke Pulau 1000. Dan di dalam perjalanan itu, si santri akan mengalami 1000 penderitaan. Ia hanya diberikan dua larangan : pertama, jangan pernah berubah jalur (ke tujuan itu), dan kedua jangan berhenti. Ia mau melakukan perjalanan dengan berjalan, naik kendaraan, atau sambil salto-salto, terserah. Selama tidak mengubah tujuan, dan tidak berhenti.


‎Bermodal pelatihan di bawah bimbingan kyai-nya, 10 km perjalanan dengan 10 penderitaan ia hadapi dengan sangat mudah. Dia kemudian bernyanyi, santai-santai, karena mengira perjalanan semudah itu. Tapi di ujian 11, ia mulai terluka. Tubuhnya sakit, tak ada orang yang bisa diandalkan, kehabisan modal, dan terhina. Dia pun menangis, berteriak, berdoa, menambah durasi sholat dan dzikir. Tapi, ketika dia tahu itu semua tidak lantas menjadikan jarak berkurang, ia pun depresi. Melanjutkan perjalanan tak sanggup, menangis dan beribadah dengan khusyu pun tidak menjadikan jarak perjalanan berkurang.


‎Dengan babak belur dan penuh bekas luka, si santri terus melakukan perjalanan. Satu atau dua langkah, akhirnya dia paham. Bukan cepat atau lambat mencapai tujuan, tapi ia harus terus mengurangi jarak sekalipun itu hanya satu dua langkah. Kini ia biasa saja, luka perjalanan tidak menjadikan ia menangis dan berteriak. Dan ibadah-ibadahnya pun bukan untuk tujuan agar, katakanlah, Tuhan memperpendek jarak ke Pulau 1000 itu. Dia biasa saja, panas hujan, badai atau cuaca cerah, ia terus melangkah.


‎Santri itu berpikir, jika tak boleh mengubah jalur, maka ke manakah ia akan pergi?


‎At-Takwir ayat 26


‎فَاَيْنَ تَذْهَبُوْنَۗ


‎maka ke manakah kamu akan pergi?


‎Tujuannya ke Pulau 1000, dan ia harus ke sana. Tak peduli ia terluka parah atau bahkan mati, selama sejak dari hatinya tidak ada niat untuk mengubah jalur apalagi berhenti, ia kini tak takut apa-apa. Bukankah manusia boleh menyerah? Sesekali ia berkata menghibur diri. Lagipula, kenapa ia harus begitu taat pada kyai-nya? Apakah gurunya itu tahu, betapa berat melakukan perjalanan dengan 1000 penderitaan itu?


‎Tapi seperti itulah hidup. Kata santri itu. Perjalanan seperti apapun, selama tak kenal lelah, Tuhan akan menyampaikannya pada tujuannya. Atau jika pun tidak sampai ke Pulau 1000, karena dia keburu mati, bukankah itu bonus? Mau ke Pulau 1000, tapi malah ketemu Tuhan. Sang kyai pasti lebih senang mendengar itu.


‎Al-Insyiqaq ayat 6


‎يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ


‎Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.


‎Jangan mengubah jalur, dan jangan pernah berhenti berjalan menuju-Nya. _Sebab, seorang pecinta akan dikenal dari seberapa banyak bekas-bekas luka mencintai di dalam hatinya_.


‎Selamat medang..


‎Kamis, 28 Maret 2024

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)