Nunggu Maghrib (10)

Java Tivi
0

Enaknya Jadi Umat Muhammad صل الله اليه و سلم



‎Ada kisah tentang seorang perempuan yang mau masuk Islam di hadapan Buya Hamka. Perempuan itu masuk masjid tanpa lepas sepatu, dan berkata agak keras,


‎"Saya mau masuk Islam. Tapi di Islam itu susah. Mesti Pakai jilbab, mesti puasa, mesti sholat 5 waktu," kata perempuan itu.


‎Para santri Buya Hamka nyaris marah, andai beliau tidak mencegahnya.


‎Beliau menghampiri dan tersenyum, "Susah apanya?" tanya beliau.


‎"Ya melakukan perintah itu. Puasa wajib, sholat 5 waktu wajib," kata perempuan itu lagi.


‎"Ah, buat ibu itu nanti dulu," kata beliau. "Yang paling wajib adalah ibu ikut duduk disini, belajar lebih dulu,"


‎Kisah ini populer di kalangan para ulama dalam hal fiqh dakwah. Sebaliknya, untuk orang-orang yang berpikir Islam itu keras, penuh hukum, ini haram itu bid'ah, dalam hal ini tentang fiqh hukum. Fiqh dakwah harus diutamakan untuk orang-orang 'Muhajirin-Quraish', orang-orang yang belum begitu kuat dalam beriman. Dan fiqh hukum, itu untuk orang-orang yang sudah cenderung istiqomah, orang-orang 'anshor-madinah'. Maka dalam sholat tarawih misalnya, jangan gunakan surat yang panjang-panjang dan Tartil pula, sebab dipastikan jamaahnya adalah 'para followers' fiqh dakwah. Dibuktikan memasuki 10 hari kedua ramadan, masjid 'tumbuh besar' yang menjadikan jamaah _seolah_ berkurang, atau merosot.


‎Fiqh dakwah inilah ciri khas akhlak rasulullah. Sholat 5 waktu dan puasa ramadan memang wajib, tapi juga tak masalah ada orang-orang Islam yang tidak melakukannya. Khamr dan zina itu haram, tapi juga tak masalah jika ada orang Islam yang melakukannya. Lho, bagaimana itu? Lha iya, kualitas diri macam apa yang melakukan sholat itu sebab diwajibkan? Memangnya kalau tidak diwajibkan kita tak boleh sholat seperti (seolah melihat) nabi? Kualitas diri macam apa yang bahagia itu harus minum khamr (minuman keras) dan berzina dulu? Kualitas diri macam apa kita tidak membunuh/mencuri, sebab ada polisi / hukuman? Hidup ini tak enak didikte hukum, diawasi manusia. Lebih nyaman kalau sadar diri. Tapi begitulah nikmatnya jadi umat Nabi Muhammad. Dimanja _pol_.


‎1. Nabi Adam itu pakaiannya bagus, saat berdosa, ia jadi telanjang. Tapi umat ini, berdosa saja ditutupi aibnya sama Allah, ditunggu taubatnya, malaikat pura-pura tak tahu, bahkan polisi _boleh_ diamplopi demi menutupi aib itu. Atau bahkan polisinya juga ikut-ikutan. Ah ya wajar, polisi muslim juga umat nabi, jadi lumrah.


‎2. Nabi Adam sekali berdosa dipisahkan dengan istri (istri) -nya, dijatuhkan dari 'surga'. Umat ini, berdosa tiap hari bahkan istrinya tidak tahu dan kelak justru akan dimasukan ke surga. Ajib kan?


‎3. Nabi Musa lihat gunung meledak saja dia pingsan, umat Islam di Palestina, di timur tengah, bom itu serasa petasan. 'Santai-santai' saja mereka menghadapinya. Di Indonesia malah bikin petasan yang meledakan diri dan rumahnya sendiri. Betapa stress Nabi Musa hidup di zaman ini.


‎4. Nabi Isa, harus jadi nabi dulu baru dia bisa menyembuhkan penyakit, umat ini, jangankan rumah sakit, batu jatuh dari atas (tak tahu itu batu apa) bisa 'menyembuhkan' berbagai penyakit. Ampuh benar umat rasulullah. Nabi Isa pasti depresi lihat umat ini.


‎5. Tidak ada umat nabi lain yang boleh masuk surga sebelum umat Nabi Muhammad. Lebih khusus yang miskin, karena berjarak 70 tahun dari orang-orang kaya yang masuk surga. Jadi, bersyukurlah mereka yang di rumahnya tertempel *rumah PKH*. Di dunia dapat bansos, di akhirat jadi kelas pertama masuk surga.


‎Banyak sekali keutamaan umat rasulullah, yang seharusnya menjadikan umat ini hidup damai sentosa. Di dunia ada fiqh dakwah, hukum-hukum Islam yang enak. Di akhirat dapat Syafa'at. Dan masuk surga diurutan pertama sebelum umat yang lain. Alhamdulillah. _Uenak tenan...._


‎ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله


‎Sabtu, 1 April, 10 Ramadan 2023

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)