Obat "Pembesar Dada"
Ada seorang anak muda datang pada gurunya bercerita tentang pedihnya kehidupan. Sang guru membawakannya segelas air putih dan sesendok garam yang diaduk di dalamnya. Lalu disuruhnya anak muda itu mencicipinya.
"Bagaimana rasanya?" tanya sang guru.
"Tentu saja asin, guru. Tak enak," jawab muridnya.
Lalu sang guru mengajaknya ke telaga. Kemudian mencampurkannya sesendok garam ke telaga itu.
"Coba kamu cicipi airnya,"
"Segar, guru. Tak terasa asinnya," kata sang murid.
"Besarkan jiwamu, nak," lanjut sang guru. "Jiwa yang sesempit gelas, garam sesendok saja akan membuatnya pahit. Jangan meminta pada Tuhan tanggungjawab yang sebenarnya kamu masih terlalu kecil untuk mengurusnya. Dan ketika itu datang tanpa kau pinta, besarkan jiwamu. Manusia membutuhkan penderitaan untuk membesarkan jiwanya,"
Obat pembesar dada, kalau kata Jon Quixote. وضاآءقون بيه صدروك _Wadlo-iqun bihi shodruka ayyaqulu_... اننك يضليكو بيم يقولون، _Annaka yadliqu shodruka bima yaquulun_. Dada yang merasa sempit dengan derita, atau perkataan orang itu ada obatnya. Yaitu qur'an, baik itu yang berupa tulisan (qouliyah) juga berwujud semesta (kauniyah), _min afaq wa min anfushihim_, من آفق و من انفصهم. Semesta kecil yaitu diri sendiri, dan semesta besar.
Tak perlu menghitung-hitung derita, karena sebenarnya manusia memiliki pilihan, untuk bersabar atas apa yang merasa berat menimpanya, atau bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan padanya sekalipun hanya menghirup nafas tanpa batuk atau tubuh yang sehat.
Kita punya pilihan, mau bersabar dengan hinaan, ejekan, intimidasi yang kita terima dalam hidup, atau bersyukur dengan apa yang allah berikan. Paradoks yang sebaiknya kita pahami adalah, derita / ujian hidup membawa dua bingkisan. Pertama adalah pelajaran berharga jika kita merenungkannya, dan itu menguatkan jiwa. Kedua, sedang dibangunnya jalan takdir yang lebih baik di hari esok untuk kita. Menikmati paradoks ini ibarat meminum obat pahit. Siapa yang suka obat pahit? Seperti puasa ini. Bahkan yang halal saja kita tak boleh memakannya dari subuh sampai maghrib. Dan obat pahit inilah obat _pembesar dada_ , penguat jiwa, melapangkan dada, mirip mendengar lagu SO7 dengan judul itu. Ehm.
Fa atashbirun, ya shohibi? Fa li robbika fashbir.
Maukah kau bersabar? Maka untuk Tuhanmu, bersabarlah.
Sebab kesabaran untuk manusia pasti kecewa. Lalu rasa kecewa itu menyesakan dada, terasa sempit dada kita. Sebaliknya, kesabaran tak akan terasa jika itu kita arahkan untuk sesuatu yang dicinta. Maka, cinta yang benar juga disebabkan alasan-alasan spiritual. Bukan karena orang mencintai kita, lalu kita bahagia. Melainkan sebab kita mencintai (apapun dengan tulus), kita bahagia. Seperti matahari yang bersinar, seperti apapun kita menutupi diri, menolak, ia terus bersinar.
Puasa ini ibarat kita mengonsumsi pil pahit tiap hari. Obat _pembesar dada_ , melapangkan dada dari orang-orang, dari dunia yang memang tak selalu seperti yang kita harapkan. Lalu seperti mencintai tadi, *jadilah orang yang mudah jatuh cinta, dan mudah juga untuk merelakannya. Jatuh cinta tanpa keinginan, mencintai tanpa kecemasan*.
Kira-kira, obat pembesar dada apa yang orang seperti itu minum? Dia over dosis sepertinya.
ذهب ظمء و بتلتل ءرق و ثبتل اجر انشا الله
Minggu, 26 Maret, 4 Ramadan 2023
