Rahasia si Jon (3)

Java Tivi
0

 


Bagaimana mungkin seseorang tetap bening, di dunia yang menghitamkan segalanya?

Jawabannya bukan karena dia tidak terluka, tapi karena ia memilih cara menyembuhkan luka itu.


🔹 1. Ia pernah sangat terluka… tapi tidak ingin mewariskannya

Orang yang tidak sinis meski dikhianati —
bukan karena ia tak tahu pahitnya dunia,
justru karena ia tahu,
dan tak mau menularkannya ke orang lain.

Dia tidak mewarisi keburukan,
ia memutus rantainya.

Orang seperti ini pernah percaya, lalu ditikam.
Tapi saat hatinya nyaris membusuk oleh dendam,
ia memilih diam… dan bersihkan luka itu sendirian,
dengan dzikir, dengan air mata, dengan rasa malu kepada Tuhan.


🔹 2. Ia mencintai Tuhan, bukan hanya keinginan

Orang yang tidak menyerah meski doanya belum dijawab,
adalah orang yang telah berpindah dari cinta pada pemberian,
menuju cinta pada Sang Pemberi.

Ia sudah pernah kecewa.
Tapi suatu malam, saat doanya kembali belum dikabulkan,
ia justru berkata, “Baiklah Tuhan,
aku tetap mencintai-Mu, walau Engkau diam.”

Dan dari saat itu, hatinya tidak lagi ditambatkan pada hasil,
melainkan ditambatkan pada Wajah-Nya.


🔹 3. Ia sudah tidak bekerja demi hasil, tapi demi makna

Orang yang tetap bekerja dengan cinta, meski tahu hasilnya mungkin bukan untuknya,
telah sampai pada satu tingkat:
dia telah menjadikan hidupnya persembahan.

“Kalau bukan aku yang menikmati buahnya,
mungkin cucuku.
Kalau bukan aku yang berhasil,
mungkin semesta hanya butuh kesungguhanku sebagai saksi.”

Dan ketika seseorang sampai di tingkat ini,
Tuhan pun menjadikan langkah-langkahnya sebagai doa panjang,
yang tak akan sia-sia, bahkan jika tidak dikenal manusia.


🔹 Maka bagaimana bisa seseorang begitu?

Karena ia sudah mati, sebelum mati.

Ia sudah membiarkan egonya terkubur,
harapannya dirawat oleh keikhlasan,
dan yang hidup kini bukan dirinya,
tapi Qalbu yang sudah dibimbing oleh langit.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)